Wilujeng Sumping di blog Agung Maulana, mangga bade download bade comment atanapi surfing bebas.

Rabu, 15 September 2010

Pemanfaatan Internet Sebagai Salah Satu Media Informasi Untuk Penyelesaian Tugas Siswa


LATAR BELAKANG
Di dunia ini manusia perlu beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, salah satunya dengan mengembangkan pikirannya. Manusia meningkatkan kualitas dirinya melalui proses belajar. Belajar adalah aktivitas sekaligus kebutuhan hidup manusia yang merupakan proses kreatif yang berlanjut sepanjang hidupnya. Dengan meningkatnya kualitas diri, manusia dapat mengembangkan pikiran. Dan dari hasil pemikirannya itu manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu hasil ciptaan manusia adalah komputer, dan hasil pengembangan komputer itu ditemukanlah internet.
Berikut ini disampaikan sejarah singkat mengenai awal mulanya ditemukan internet untuk pertama kalinya. Yaitu dimulai pada tahun 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DAPRA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang bagaimana caranya menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan organik. Program riset ini dikenal dengan nama ARPANET. Pada tahun 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama lain sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan. Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari semakin banyak, maka dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui semua jaringan. Pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control Protocol atau TCP dan Internet Protocol atau IP.
Dengan ditemukannya internet ini maka kita dapat memperoleh informasi di seluruh dunia secara cepat dan mudah. Banyak intansi atau perorangan yang menggunakan internet mulai dari orang biasa sampai para pejabat termasuk juga mahasiswa banyak yang menggunakan internet. Secara umum ada banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila seseorang mengakses internet salah satunya sebagai media informasi.
Menurut Kenji Kitao setidak-tidaknya ada 3 karakteristik atau potensi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari (Kitao : 1998), yaitu :
a. Sebagai alat komunikasi yang bekerja sangat cepat
b. Sebagai alat mengakses informasi
c. Sebagai alat pendidikan / pembelajaran.



KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi Internet
Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari satu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif. Secara bahasa internet adalah singkatan dari Interconnection Network yang secara harfiah berarti hubungan antara jaringan komputer (network). Sedangkan network sendiri diartikan sebagai suatu sistem komunikasi data antar komputer.
Tetapi dalam dunia pelatihan definisi internet memiliki makna yang rancu, hal ini disebabkan karena istilah internet itu sendiri sangat populer. Oleh karena itu dalam dunia pelatihan digunakan pengertian internet sebagai berikut.
a. Internet sebagai jaringan yang terhubung dalam Internal Protocol (IP) secara luas mencapai seluruh dunia.
b. Internet (inter-network) sebagai sejumlah jaringan fisik yang saling terhubung dengan protokol yang sama (apa saja) untuk membentuk jaringan logik, selanjutnya disebut sebagai inter-network.
c. Internet sebagai komunitas jaringan komputer yang memberikan pelayanan http (world wide web). Dibedakan dengan internet sebagai pelayanan http untuk kalangan terbatas. Pada mulanya pembatasan pada jaring fisik yaitu LAN, kemudian berkembang termasuk pembatasan secara logis.
d. Intranet sebagai jaringan TCP/IP untuk kalangan terbatas. Masyarakat umum mengartikan sebagai jaringan lokal (LAN) dengan pengalamatan private IP.
e. Extranet sebagai jaringan TCP/IP untuk kalangan terbatas melalui internet umum.
Pengertian internet dapat dirumuskan sebagai “a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources” (William :1999). Tampaklah bahwa pengertian internet tidak hanya terbatas pada aspek perangkat keras (infrastruktur) berupa seperangkat komuter yan saling berhubungan satu sama lain dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan, grafis maupun suara. Dengan kemampuan yang demikian ini, maka dapat dikatakan bahwa internet merupakan suatu jaringan komputer yang saling terkoneksi dengan jaringan komputer lainnya ke seluruh penjuru dunia (Kitao : 1998).
Tracy LaQuey (1994 : 1 ) berpendapat bahwa internet merupakan jaringan longgar dari ribuan jaringan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Sementara itu Alwi Shahab (2000 : 1) menyatakan bahwa internet adalah suatu jaringan komputer yang sangat besar, terdiri dari jutaan perangkat komputer yang terhubung melalui suatu protokol tertentu untuk pertukaran informasi antar komputer tersebut. Dan di pihak lain Gatot Subroto (1999 : 1) berpendapat bahwa internet adalah kumpulan komputer antar satu wilayah dengan wilayah lainnya yang terkait dan saling berkomunikasi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian internet secara umum (menurut bahasa) adalah kumpulan dari jaringan komputer yang terhubung dan bekerja sebagai suatu sistem.sedangkan pengertian internet secara khusus adalah suatu jaringan komputer terbesar di dunia karena menghubungkan seluruh jaringan komputer yang ada di dunia ini. Untuk ringkasnya internet adalah jaringan komputer global sedangkan jaringan komputer lokal (LAN) dinamakan intranet.

2. Pengertian Media Informasi
Dilihat dari asal-usul katanya, media adalah bentuk jamak dari medium yang berasal dari bahasa latin yang artinya adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah dan/atau sesuatu yang bersifat netral (Webster Dictionary). Media juga berarti suatu alat penghantar berkomunikasi. Penekanan dari kata media disini adalah keberadaan objek, jadi pendekatan haruslah objektif bukan subjektif. Sebagai suatu alat maka objek tentunya tidak akan dapat bertanggung jawab atau dimintakan pertanggung jawabannya sendiri sehingga yang dapat dimintakan pertanggung jawabannya adalah pihak-pihak yang menyelenggarakan media itu sendiri.
Kata informasi berasal dari bahasa inggris yaitu Inform yang artinya memberitahukan, dan orang yang memberitahi itu disebut informant. Informasi dapat diartikan juga sebagai kabar atau berita. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah suatu kabar atau berita atau pemberitahuan tentang suatu hal atau banyak hal yang disampaikan kepada banyak orang.
Dari dua kata diatas maka pengertian media informasi itu sendiri adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk keperluan memberitahukan sesuatu. Sedangkan pengembangan media informasi adalah kegiatan pembuatan dan penggunaan media itu, yang merupakan bagian dari keseluruhan strategi komunikasi dalam program pembangunan masyarakat.
Proses pengembangan media tersebut baik untuk kepentingan penyuluhan, kampanye atau alat bantu belajar-mengajar, sebaiknya dimulai dari beberapa tahapan yang sistematis sebelum akhirnya diproduksi. Apapun media informasi yang akan dikembangkan harus memiliki alasan-alasan yang rasional dan logis, sehingga media informasi sebagai alat komunikasi yang kita kembangkan memang benar-benar dapat membantu.

3. Pengertian Tugas Siswa
Tugas siswa yaitu latihan-latihan yang diberikan guru kepada siswanya dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan supaya siswa banyak berlatih dan berhasil dalam belajarnya. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes/ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri.
Ada beberapa tugas yang pengerjaannya dapat dibantu dengan buku, maksudnya siswa yang mengerjakan tugas tersebut cukup hanya melihat buku tertentu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Tetapi ada juga sebagian tugas yang pengerjaannya harus melalui internet. Maksudnya siswa dapat menyelesaikan tugas itu dengan mencari informasi melalui internet. Atau guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari informasi mengenai suatu hal melalui internet.
Dari uraian diatas maka internet bermanfaat sebagai slat mengakses informasi. Maksudnya melalui internet kita dapat mengakses informasi yang disajikan oleh berbagai surat kabar atau majalah tanpa harus berlangganan. Demikian juga dengan berbagai informasi lainnya, mulai dari yang paling sederhana, seperti prakiraan cuaca, kurs valuta asing sampai pada hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan sosial, ekonomi, budaya, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Rosda, Bandung, 2001.
Winkel WS., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta,1983.
Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta, 1996.
Tracy LaQuey, Sahabat Internet (Terjemahan), Penerbit ITB, Bandung, 1997.
Alwi Shahab, Internet Bagi Profesi Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.
Gatot Subroto, Internet Sebagai Sumber Belajar Anak dan Keluarga, RisTINet.com, Pt. Telekomunikasi Indonesia – Artikel. 1999
Panduan Internet Untuk Pemula.html
Definisi Internet.html
Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 39.html
http://www.ikht.net/artikel_lengkap.php?id=57

Senin, 06 September 2010

Hubungan Prilaku Siswa SMP dan SMA sederajat Sebagai Remaja dengan Kesulitan Belajar yang Dihadapinya


LATAR BELAKANG
Istilah adolescentia berasal dari kata latin : Adulescentis. Dengan adulescentia dimaksudkan masa muda. Adolescence menunjukan masa yang tercepat antara usia 12–22 tahun yang mencakup seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut. Untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah pubertas dan adolescensia, akhir-akhir ini terlihat adanya kecenderungan untuk memberikan arti yang sama pada keduanya. Hal ini disebabkan sulitnya membedakan proses pada masa pubertas dan mulainya proses psikis pada adolescensia.
Masa remaja adalah masa yang khusus, penuh gejolak karena pada pertumbuhan fisik terjadi keseimbangan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan berpikir, bahasa, emosi, dan sosial anak. Makna remaja banyak diartikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak hukum, ahli psikologi, maupun pandangan masyarakat yang mengaitkan dengan sistem budayanya. Secara umum anak dikatakan mencapai masa remaja ditandai oleh kematangan fungsi seksualnya dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder.
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erik Erickson (dalam Lefton, 1982: 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami krisis identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya. Erickson mengemukakan bahwa perkembangan anak sampai jenjang dewasa melalui 8 (delapan) tahap dan perkembangan remaja ini berada pada tahap keenam dan ketujuh, yaitu masa anak ingin menentukan jati dirinya dan memilih kawan akrabnya. Seringkali anak menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkan pada situasi kehidupan yang mereka alami. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini Erickson berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiokultural.
Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh berbagai penimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Baik di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dialami oleh remaja dan paling rumit adalah faktor penyesuaian diri. Di dalam kelompok besar akan terjadi persaingan yang berat, masing-masing individu bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena itu, sering terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan pribadi setiap orang. Tetapi sebaliknya di dalam kelompok itu terbentuk suatu persatuan yang kokoh, yang diikat oleh norma kelompok yang telah disepakati.
Berdasarkan pendapat Erickson tadi bahwa perkembangan anak sampai jenjang dewasa, yaitu masa remaja memilih kawan akrabnya. Oleh karena itu, banyak remaja yang berpikiran bahwa masuk sekolah hanya untuk menambah pergaulan, memperbanyak teman, siswa yang berpendapat seperti itu sudah jelas tidak mempunyai suatu tujuan yang jelas yang akan mendorong kemajuan studinya. Tujuan yang samar-samar tidak realistis, juga dapat menjadi penghalang atas kemajuan studinya. Bukan kemajuan yang akan dicapainya, melainkan kegagalan dan kekecewaan yang akan diperolehnya.

KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Remaja
Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah. Pertimbangan-pertimbangannya sebagai berikut :
a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik)
b. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial)
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity) (Erik Erickson), tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif (piaget) maupun moral (Khohlberg)
d. Batas usia 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang lain, belum mempunyai hak-hak orang dewasa.
e. Status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
Garry 1963 (Oxendine, 1984: 317) mengkategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut :
a. Perbedaan fisik : usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku.
c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat dan sikap.
d. Perbedaan inteleginsi dan kemampuan dasar
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah
Dalam usia remaja seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini seseorang bisa memperkirakan apa yang mungkin terjadi. Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan seperti : kalau mobil A lebih mahal daripada mobil B, sedang mobil C lebih murah daripada mobil B, maka ia dapat menyimpulkan mobil mana yang paling mahal dan yang mana yang paling murah.
Para remaja menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup dewasa, dalam arti mampu menghadapi masalah-masalah, bertindak dan bertanggung jawab sendiri. Oleh karena itu, tugas perkembangan pada masa remaja ini dipusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola prilaku kekanak-kanakan.
Masa Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hall dalam Libert dan kawan-kawan, (1974: 478) memandang bahwa masa remaja ini sebagai masa “Storm and stress”. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (identitasnya), kebutuhan aktualisasi dirinya. Usaha penemuan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, agar ia dapat mengaktualisasi secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya.
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhannya :
a. Upaya untuk mengubah sikap dan prilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan prilaku dewasa, tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan.
b. Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya.
c. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan prilaku yang menentang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan.
d. Dalam memasuki kehidupan masyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemadirian dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi banyak masalah, terutama masalah penyesuaian emosional.
e. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan.
f. Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedang di pihak remaja merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai.
Salah satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling penting adalah pengaruh jangka panjangnya terhadap sikap, prilaku sosial, minat dan kepribadian. Kalau sikap dan prilaku remaja kurang dapat diterima, yang sebenarnya merupakan salah satu ciri dari kehidupan remaja, dapat menghilang setelah tercapainya keseimbangan, maka keadaan ini tidak begitu parah. Akan tetapi, sejumlah studi telah menemukan bahwa ciri kepribadian dan sikap tertentu yang sudah terbentuk ini biasanya sulit dihilangkan, bahkan dalam beberapa kasus tampak semakin parah. Pengaruh ketidaknyamanan pada masa remaja yang paling menetap adalah dalam hal penyimpangan usia kematangan kelaminnya.
Pada usia ini para remaja mendekati efisisiensi intelektual yang maksimal, tetapi kurangnya pengalaman membatasi pengetahuan mereka dan kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Karena banyak hal yang dapat dipelajari hanya melalui pengalaman, para siswa mungkin mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-konsep abstrak dan mungkin tidak memahami sepenuhnya emosi-emosi yang dilukiskan dari novel-novel, drama-drama dan puisi-puisi. Karena itu pada tingkatan ini diperlukan metode diskusi dan informasi untuk menentukan kedalaman pengertian siswa. Apabila guru dihadapkan pada perbedaan-perbedaan interpretasi tentang konsep-konsep yang abstrak, guru hendaknya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan sabar, simpatik, dan dengan hati terbuka, bukan dengan jalan marah-marah atau tidak bisa menerima kesalahan-kesalahan siswa.

2. Pengertian Belajar
Ada yang berpendapat, bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatn fisik atau badaniah. Hasil belajar yang dicapai adalah berupa perubahan-perubahan dalam fisik itu. Pandangan lain menitikberatkan pendapatnya bahwa belajar adalah kegiatan rohaniah atau psikis. Hasil belajar yang dicapai adalah perubahan-perubahan dalam psikis. Ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut : belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Perumusan kegiatan belajar yang tidak memisahkan antara perubahan-perubahan jasmaniah dan rohaniah. Sesungguhnya kedua aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain. Keduanya merupakan aspek-aspek yang bersifat komplementer. Manusia dalam perbuatannya selalu menuntut kegiatan rohani dan jasmani.
Ada tiga jenis tafsiran belajar yaitu:
Belajar menurut ilmu jiwa daya
Menurut ilmu jiwa daya, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, seperti daya berpikir, mengingat perasaan, mengenal, kemauan dan sebagainya. Daya-daya ini dapat berkembang dan berfungsi apabila dilatih dengan bahan-bahan dan cara-cara tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka yang dimaksud dengan belajar adalah usaha melatih daya-daya itu agar berkembang, sehingga kita dapat berpikir, mengingat dan sebagainya. Cara yang digunakan ialah dengan menghafal, memecahkan soal-soal dan berbagai jenis kegiatan lainnya.
Belajar menurut ilmu jiwa assosiasi
Menurut teori ilmu jiwa assosiasi, jiwa manusia terdiri dari assosiasi dari berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Assosiasi itu biasanya terbentuk berkat adanya hubungan antara perangsang-perangsang dan reaksi-reaksi yang disebut hubungan stimulus-response. Menurut pandangan ini maka belajar berarti membentuk hubungan-hubungan stimulus response dan melatih hubungan-hubungan itu agar bertalian erat. Belajar demikian sifatnya mekanis, seperti mesin dan akhirnya akan terbentuk kebiasaan-kebiasaan dan setumpukan ilmu pengetahuan.
Belajar menurut ilmu jiwa Gestalt atau organisme
Menurut teori ilmu jiwa Gestalt (keseluruhan), jiwa manusia bukan terdiri dari tanggapan (elemen-elemen), melainkan merupakan keseluruhan yang bulat dan berstruktur. Jiwa manusia hidup dan didalamnya terdapat prinsip aktif, dimana individu senantiasa berkecenderungan untuk beraktifitas, berinteraksi dengan lingkungan. Itu sebabnya belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi, berpikir secara kritis.
Belajar adalah aktivitas sekaligus kebutuhan hidup manusia yang merupakan proses kreatif yang berlanjut sepanjang hidupnya. Manusia melakukan kegiatan belajar dengan mengembangkan potensi diri sebagai upaya penyempurnaan martabat manusia berkembang sebagai suatu gejala psikis hingga tingkat kematangan (kedewasaan) tertentu, sehingga manusia mampu mempertahankan dirinya sekaligus merespon gejala-gejala yang datang dari luar dirinya (lingkungan) dalam rangka penegembangan dimensi-dimensi kehidupannya.
Banyak teori dan pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh para ahli yang menerangkan tentang prilaku belajar manusia, diantaranya Cronbach dan Sartain (Moh. Surya, 1979 : 58) merumuskan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan tersebut meliputi hal-hal respons terhadap stimulus, perolehan skill, pengetahuan tentang fakta dan pengembangan sikap-sikap tertentu.
Suatu perubahan tingkah laku akibat perbuatan belajar diartikan apabila seseorang melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Sehingga prilakunya akan berbeda dari sebelumnya bila menghadapi suatu situasi. Tentang perubahan prilaku sebagai akibat dari belajar dijelaskan oleh Moh. Surya (1979 :60) sebagai berikut : “Perubahan yang dimaksud akan nampak dalam penguasaan pola-pola sambutan (respons) yang baru terhadap lingkungan berupa : skill (keterampilan), habbit (kebiasaan), attitude (sikap), ability (kecakapan), knowledge (pengetahuan), understanding (pemahaman), appreciation (penghargaan) dan sebagainya”.
Sedangkan bentuk-bentuk perubahan tingkah laku dikemukakan oleh Winkel (1981 : 15) yang diakibatkan oleh belajar adalah sebagai berikut : “Belajar pada manusia merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai sikap yang bersifat konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu bisa merupakan sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam prilaku nyata atau masih tinggal tersembunyi : mungkin juga perubahan hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari. Proses belajar dapat berlangsung dengan disertai kesadaran dan intensi, tetapi tidak mutlak perlu”.

3. Faktor-faktor Kesulitan Belajar
Belajar di sekolah tidak senantiasa berhasil tetapi sering kali ada hal-hal yang bisa mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadikan gangguan yang bisa menghambat kemajauan belajar. Kegagalan atau keterlambatan kemajuan siswa biasanya ada hal-hal yang menyebabkannya. Hal-hal mana bisa disadari oleh seseorang. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa faktor yang bisa menimbulkan kesulitan belajar kepada para mahasiswa pada umumnya; faktor-faktor ini perlu diperhatikan agar kita senantiasa menyadari dan mencoba menghindarkan diri dari faktor-faktor itu.
Adapun faktor yang bisa menimbulkan kesulitan itu dapat kita golongkan menjadi :
a. faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri :
1. Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas
2. Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran
3. Kesehatan yang sering terganggu
4. Kecakapan mengikuti kegiatan belajar
5. Kebiasaan belajar
6. Kurangnya penguasaan bahasa
b. faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah :
1. Cara memberikan pelajaran
2. Kurangnya bahan-bahan bacaan
3. Kurangnya alat-alat
4. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan
5. Penyelenggaraan kegiatan belajar terlalu padat
c. faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga :
1. Masalah kemampuan ekonomi
2. Masalah broken home
3. Rindu kampung
4. Bertamu dan menerima tamu
5. Kurangnya kontrol orang tua
d. faktor-faktor yangbersumber dari lingkungan masyarakat :
1. Gangguan dari jenis kelamin lain
2. Bekerja disamping sekolah
3. Aktif berorganisasi
4. Tidak dapat mengatur waktu rekreasi dan waktu senggang
5. Tidak mempunyai teman belajar bersama




Memperbaiki Diri
Tidak banyak siswa yang suka menyadari kegagalan yang dialaminya. Namun tak dapat dipungkiri, bahwa banyak sekali siswa yang mengalami kegagalan itu, seperti tidak lulus tentamen, tak lulus ujian, mendapat angka yang buruk dalam suatu mata pelajaran atau paper yang dibuatnya dan lain-lain. Dan kebanyakan apabila seseorang berulang kali mengalami kegagalan dalam studinya, maka resikonya sangat berat, menimbulkan kejengkelan, kemarahan, kemalasan, kebosanan, bahkan kebencian. Dan selain itu juga tak terhitung banyaknya para siswa yang mengalami keadaan demikian terpaksa meninggalkan sekolah dengan segala macam kerugian berupa gangguan-gangguan mental, kerugian biaya dan kehancuran dalam keseluruhan hidupnya. Satu hal yang perlu kita tanggapi usaha-usaha apa yang sebaiknya kita lakukan untuk memperbaiki diri, beberapa hal untuk direnungkan adalah sebagai berikut :
1. Bahwa peristiwa kegagalan adalah persoalan biasa, bukan sesuatu yang aneh.
2. Tiap kegagalan tentu ada sebabnya.
3. Kita belajar tentunya menuju kesuatu cita-cita dan cita-cita itu hanya dapat dicapai berkat kerja keras, tekad ingin berhasil, pantang menyerah dan semangat juang yang menyala-nyala.
4. Berusaha keras baik sekali dilakukan.
5. Sikap menerima diri sendiri secara psikologis sangat perlu.
6. Keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri.
7. Belajarlah kembali lebih sistematis, lebih teratur dan hubungilah pembimbing.
8. Coba saudara periksa kembali teknik-teknik belajar yang dipergunakan.
9. Lakukan konsultasi dengan wali kelas.
10. Tinjaulah kembali sikap kepribadian kita.









DAFTAR PUSTAKA
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1980.
Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Rineke Cipta, Jakarta, 2002.
Sudjana, Metoda Statistika, Tarsito, Bandung, 1992.
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Rosda, Bandung, 2001.
Mampiere, Andi. Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1982.
Rifai, Melly Sri Sulastri, Psikologi Perkembangan Remaja, PT Bina Aksara, Jakarta, 1987
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Penerbit Rajawali, Jakarta, 19884
Winkel WS., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta,1983.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta,1992.
E.T. Ruseffendi, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya, Semarang Press, Semarang , 1994.
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, Sinar Baru, Bandung, 1987.
Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta, 1996.
Sudirman, Tabrani R., Toto Fathoni, Zaenal Arifin, Ilmu Pendidikan, Remadja Rosda Karya, Bandung , 1988.