Wilujeng Sumping di blog Agung Maulana, mangga bade download bade comment atanapi surfing bebas.

Senin, 12 Mei 2014

Berbagi untuk Sekolah Binaan di Daerah Bencana

Tidak banyak orang yang tahu Kampung Pasirangin Desa Sukalaksana Kecamatan Talegong Kabupaten Garut. Daerah tersebut termasuk daerah terpencil dikarenakan akses kendaraan untuk menuju daerah tersebut hanya bisa ditempuh dengan ojeg atau berjalan kaki dengan medan yang berat. Pada hari jum’at tanggal 15 Februari 2013 daerah ini mengalami musibah longsor. Kejadian tersebut mengakibatkan korban jiwa, kerusakan rumah dan lahan pertanian. Diperkirakan longsoran panjang sekitar 1500m, lebar 100m, tinggi 30m dan ketebalan 10m. Sebanyak 45 kepala keluarga (KK) diungsikan ke Balai Desa Sukalaksana karena kondisinya terancam longsor susulan.

Selang waktu satu tahun dari kejadian bencana longsor tersebut saya dan tim Teacher Learning Center (TLC) diberi tugas oleh Dompet Dhuafa Jawa Barat untuk membina sekolah disana termasuk untuk guru dan siswanya. Program ini bertujuan untuk membantu sarana dan prasarana sekolah, memotivasi guru dan siswa. Program ini diselenggarakan secara berkala dan berkelanjutan dengan kerjasama berbagai pihak. Untuk bantuan sarana dan prasarana pihak Dompet Dhuafa langsung menurunkan personilnya, untuk memotivasi siswa diturunkan mahasiswa PTN yang mendapat beasiswa. Dan untuk membimbing guru dalam upaya meningkatkan kompetensinya maka diturunkan tim Teacher Learning Center (TLC).

Langkah pertama yang kami lakukan adalah survey tempat, untuk melihat keadaan awal sekolah, siswa dan guru di sana. Perlu diketahui bahwa Kecamatan Talegong Kabupaten Garut ini terletak di daerah Garut Selatan berbatasan langsung dengan daerah Pangalengan Kabupaten Bandung. Jadi jarak tempuh dari Bandung ke Balai Desa sukalaksana sekitar 75 km atau sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil. Belum lagi dari Balai Desa Sukalaksana ke sekolah binaan sekitar 10 km dengan menggunakan ojeg dengan melalui jalan yang terjal. Waktu yang ditempuh dengan mengugunakan ojeg adalah sekatar 1 jam. Jadi perlu waktu sekitar 4 jam dari Bandung untuk sampai ke sekolah binaan di desa Sukalaksana kecamatan Talegong.

Keadaan sekolah binaan tampak biasa saja, sangat beda keadaannya dengan sekolah-sekolah di Kota. Terdapat 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 toilet, 1 gudang dan 1 kantin seadanya. Bangunan ini digunakan oleh 2 sekolah, pada pagi hari digunakan oleh SDN Sukalaksana II dan pada siang harinya digunakan oleh SMP Muhamadiyah. Jika dilihat dari standar sarana dan prasarana sekolah ini sangat jauh dari kata sempurna. Dan sekolah ini sangat kekurangan guru terutama guru matematika dan IPA. Beberapa guru merangkap menjadi dua guru mata pelajaran bahkan ada yang sampai tiga mata pelajaran. Keadaan siswanya pun menjadi sorotan kami, banyak diantara mereka yang begitu lulus tingkat SMP langsung menikah. Rendahnya kesadaran mereka dalam pendidikan berimbas pada taraf kehidupannya.

Dari hasil survey diputuskan bahwa sekolah ini memerlukan bantuan sarana dan prasarana, siswanya perlu diingatkan akan pentingnya pendidikan, gurunya perlu ditingkatkan kompetensinya. Selama survey kita lakukan observasi dan wawancara dengan kepala sekolah sekaligus sebagai tokoh msayarakat desa tersebut. Tidak lupa juga kita sempatkan untuk masuk ke kelas untuk sekedar melakukan simulasi permainan, ice breaking dan mengingatkan arti penting pendidikan. Siswa tampak senang dengan kehadiran kami, dan sedikit mendapat pencerahan. Banyak potensi-potensi yang luar biasa di daerah terpencil.

Hari jum’at tanggal 28 April 2014 kita kembali ke sekolah binaan dengan agenda upgrading kompetensi guru. Pelatihan guru tersebut rencananya akan diadakan keesokan harinya dengan materi-materi pelatihan yang sudah kami siapkan. Tim TLC yang berangkat 5 orang termasuk saya, 2 orang perwakilan Dompet Dhuafa dan 1 orang Driver yang mengantar kami. Dari Bandung berangkat sekitar pukul 2 siang, tiba di balai desa sukalaksana pukul setengah enam sore. Mobil hanya bisa masuk sampai balai desa, sedangkan untuk mencapai tujuan masih 10 km lagi hanya bisa ditempuh dengan ojeg dan jalan kaki saja. Karena kami tiba terlalu sore, ojeg yang ada hanya 3 armada sedangkan kami berjumlah 8 orang. Maka kami putuskan ojeg hanya membawa peralatan untuk pelatihan, sedangkan kami jalan kaki untuk mencapai tempat tujuan.


Perjalanan yang harus ditempuh berjarak sekitar 10 km, dengan medan naik dan turuk bukit. Melewati sawah dan jalan setapak yang licin karena sebelumnya diguyur hujan. Karena kami berangkat dari balai desa sore, maka diprediksikan akan sampai tempat tujuan malam hari dan keadaan di daerah tersebut belum ada PLN. Warga sekitar masih menggunakan PLTA buatan sendiri dengan memanfaatkan sungai-sungai kecil untuk menerangi rumahnya. Seperti yang diprediksikan sebelumnya di tengah perjalanan hujan turun dan keadaan semakin gelap, kami tetap melanjutkan perjalanan dengan menggunakan penerangan seadanya. Akhirnya kami sampai ke base camp setelah melakukan perjalanan selama satu setengah jam. Hasil akhirnya pakaian basah kuyup karena diguyur hujan dan bermandi keringat, tidak sedikit juga pakaian yang kotor karena sering terjatuh di jalanan yang licin dan becek.


Keesokan harinya pelatihan pun dimulai, dibuka dengan sambutan kepala sekolah. Materi pelatihan yang disampaikan antara lain : Quantum teaching, model pembelajaran TANDUR, Mathematics is not monster, pembuatan RPP dan media pembelajaran serta micro teaching. Dari pelatihan tahap awal ini diharapkan kompetensi guru dalam perencanaan dan pelasanaan mengajar di kelas semakin meningkat. Bertambahnya variasi metode pembelajaran menjadi target utama kami sehingga pembelajaran menjadi semakin menyenangkan. Peserta pelatihan sangat bersemangat mengikuti pelatihan ini dari awal sampai akhir, dan kamipun semakin semangat.


Pelatihan upgrading guru ini merupakan langkah awal kami untuk membina sekolah di daerah bencana seperti di Kecamatan Talegong ini. Tentu saja akan segera ditindak lanjuti dengan pelatihan-pelatihan lainnya. Rencana dalam waktu dekat ini guru akan dibimbing mengenai kurikulum 2013 serta materi lainnya. Senang rasanya ketika kami bisa berbagi dan membantu rekan-rekan guru di mana pun berada. Daerah terpencil ataupun daerah bencana tidak menjadi halangan guru-guru untuk semakin maju dan berprestasi. Maju terus guru Indonesia, warnai pendidikan Indonesia dengan karya dan prestasimu…