Tidak banyak orang yang tahu Kampung
Pasirangin Desa Sukalaksana Kecamatan Talegong Kabupaten Garut. Daerah tersebut
termasuk daerah terpencil dikarenakan akses kendaraan untuk menuju daerah
tersebut hanya bisa ditempuh dengan ojeg atau berjalan kaki dengan medan yang
berat. Pada hari jum’at tanggal 15 Februari 2013 daerah ini mengalami musibah
longsor. Kejadian tersebut mengakibatkan korban jiwa, kerusakan rumah dan lahan
pertanian. Diperkirakan longsoran panjang sekitar 1500m, lebar 100m, tinggi 30m
dan ketebalan 10m. Sebanyak 45 kepala keluarga (KK) diungsikan ke Balai Desa
Sukalaksana karena kondisinya terancam longsor susulan.
Selang waktu satu tahun dari kejadian bencana longsor
tersebut saya dan tim Teacher Learning
Center (TLC) diberi tugas oleh Dompet Dhuafa Jawa Barat untuk membina
sekolah disana termasuk untuk guru dan siswanya. Program ini bertujuan untuk
membantu sarana dan prasarana sekolah, memotivasi guru dan siswa. Program ini
diselenggarakan secara berkala dan berkelanjutan dengan kerjasama berbagai
pihak. Untuk bantuan sarana dan prasarana pihak Dompet Dhuafa langsung
menurunkan personilnya, untuk memotivasi siswa diturunkan mahasiswa PTN yang
mendapat beasiswa. Dan untuk membimbing guru dalam upaya meningkatkan
kompetensinya maka diturunkan tim Teacher
Learning Center (TLC).
Langkah pertama yang kami lakukan adalah
survey tempat, untuk melihat keadaan awal sekolah, siswa dan guru di sana. Perlu
diketahui bahwa Kecamatan Talegong Kabupaten Garut ini terletak di daerah Garut
Selatan berbatasan langsung dengan daerah Pangalengan Kabupaten Bandung. Jadi
jarak tempuh dari Bandung ke Balai Desa sukalaksana sekitar 75 km atau sekitar
3 jam perjalanan menggunakan mobil. Belum lagi dari Balai Desa Sukalaksana ke
sekolah binaan sekitar 10 km dengan menggunakan ojeg dengan melalui jalan yang
terjal. Waktu yang ditempuh dengan mengugunakan ojeg adalah sekatar 1 jam. Jadi
perlu waktu sekitar 4 jam dari Bandung untuk sampai ke sekolah binaan di desa
Sukalaksana kecamatan Talegong.
Keadaan sekolah binaan tampak biasa saja,
sangat beda keadaannya dengan sekolah-sekolah di Kota. Terdapat 6 ruang kelas,
1 ruang guru, 1 toilet, 1 gudang dan 1 kantin seadanya. Bangunan ini digunakan
oleh 2 sekolah, pada pagi hari digunakan oleh SDN Sukalaksana II dan pada siang
harinya digunakan oleh SMP Muhamadiyah. Jika dilihat dari standar sarana dan
prasarana sekolah ini sangat jauh dari kata sempurna. Dan sekolah ini sangat kekurangan
guru terutama guru matematika dan IPA. Beberapa guru merangkap menjadi dua guru
mata pelajaran bahkan ada yang sampai tiga mata pelajaran. Keadaan siswanya pun
menjadi sorotan kami, banyak diantara mereka yang begitu lulus tingkat SMP
langsung menikah. Rendahnya kesadaran mereka dalam pendidikan berimbas pada
taraf kehidupannya.
Dari hasil survey diputuskan bahwa sekolah
ini memerlukan bantuan sarana dan prasarana, siswanya perlu diingatkan akan
pentingnya pendidikan, gurunya perlu ditingkatkan kompetensinya. Selama survey
kita lakukan observasi dan wawancara dengan kepala sekolah sekaligus sebagai
tokoh msayarakat desa tersebut. Tidak lupa juga kita sempatkan untuk masuk ke
kelas untuk sekedar melakukan simulasi permainan, ice breaking dan mengingatkan
arti penting pendidikan. Siswa tampak senang dengan kehadiran kami, dan sedikit
mendapat pencerahan. Banyak potensi-potensi yang luar biasa di daerah
terpencil.
Hari jum’at tanggal 28 April 2014 kita kembali ke sekolah
binaan dengan agenda upgrading
kompetensi guru. Pelatihan guru tersebut rencananya akan diadakan keesokan
harinya dengan materi-materi pelatihan yang sudah kami siapkan. Tim TLC yang
berangkat 5 orang termasuk saya, 2 orang perwakilan Dompet Dhuafa dan 1 orang Driver yang mengantar kami. Dari Bandung
berangkat sekitar pukul 2 siang, tiba di balai desa sukalaksana pukul setengah
enam sore. Mobil hanya bisa masuk sampai balai desa, sedangkan untuk mencapai
tujuan masih 10 km lagi hanya bisa ditempuh dengan ojeg dan jalan kaki saja.
Karena kami tiba terlalu sore, ojeg yang ada hanya 3 armada sedangkan kami
berjumlah 8 orang. Maka kami putuskan ojeg hanya membawa peralatan untuk
pelatihan, sedangkan kami jalan kaki untuk mencapai tempat tujuan.
Perjalanan yang harus ditempuh berjarak sekitar 10 km, dengan medan naik dan turuk bukit. Melewati sawah dan jalan setapak yang licin karena sebelumnya diguyur hujan. Karena kami berangkat dari balai desa sore, maka diprediksikan akan sampai tempat tujuan malam hari dan keadaan di daerah tersebut belum ada PLN. Warga sekitar masih menggunakan PLTA buatan sendiri dengan memanfaatkan sungai-sungai kecil untuk menerangi rumahnya. Seperti yang diprediksikan sebelumnya di tengah perjalanan hujan turun dan keadaan semakin gelap, kami tetap melanjutkan perjalanan dengan menggunakan penerangan seadanya. Akhirnya kami sampai ke base camp setelah melakukan perjalanan selama satu setengah jam. Hasil akhirnya pakaian basah kuyup karena diguyur hujan dan bermandi keringat, tidak sedikit juga pakaian yang kotor karena sering terjatuh di jalanan yang licin dan becek.
Keesokan harinya pelatihan pun dimulai,
dibuka dengan sambutan kepala sekolah. Materi pelatihan yang disampaikan antara
lain : Quantum teaching, model pembelajaran TANDUR, Mathematics is not monster, pembuatan RPP dan media pembelajaran
serta micro teaching. Dari pelatihan tahap awal ini diharapkan kompetensi guru
dalam perencanaan dan pelasanaan mengajar di kelas semakin meningkat.
Bertambahnya variasi metode pembelajaran menjadi target utama kami sehingga
pembelajaran menjadi semakin menyenangkan. Peserta pelatihan sangat bersemangat
mengikuti pelatihan ini dari awal sampai akhir, dan kamipun semakin semangat.
Pelatihan upgrading
guru ini merupakan langkah awal kami untuk membina sekolah di daerah bencana
seperti di Kecamatan Talegong ini. Tentu saja akan segera ditindak lanjuti
dengan pelatihan-pelatihan lainnya. Rencana dalam waktu dekat ini guru akan
dibimbing mengenai kurikulum 2013 serta materi lainnya. Senang rasanya ketika
kami bisa berbagi dan membantu rekan-rekan guru di mana pun berada. Daerah
terpencil ataupun daerah bencana tidak menjadi halangan guru-guru untuk semakin
maju dan berprestasi. Maju terus guru Indonesia, warnai pendidikan Indonesia
dengan karya dan prestasimu…